syifabudi.sch.id
Ilustrasi
Perlu diakui, selama ini sekolah-sekolah telah terjebak dalam materialisme kurikulum pendidikan. Kebanyakan guru hanya berorientasi pada aspek kognitif dari proses belajar mengajar. Guru hanya sebagai agen pendidikan yang bertugas meyuapi (spoonfeeding) pengetahuan pada anak-anak. Anak-anak terbatas pada sistem yang mengekang mereka.
Masalah utama bagi guru dalam dunia pendidikan bukan lagi tertumpu pada kesejahteraan guru. Adanya tunjangan sertifikasi guru adalah upaya pemerintah menutup celah bobroknya sistem pendidikan. Akan tetapi, tunjangan sertifikasi guru nampaknya belum merubah guru menjadi good teacher, apalagi great teacher.
Setidaknya ada empat tipe guru yang dapat kita amati. Pertama adalah guru medioker. Guru tipe ini kerjanya hanya menyuapi (spoonfeeding) siswa. Tipe ini sangat buruk karena akan melahirkan generasi bermental pecundang. Tipe kedua adalah guru superior. Tipe ini sama artinya dengan guru killer. Guru tipe superior atau killer sukanya diperhatikan murid, bukan memperhatikan murid. Kerjanya hanya memperagakan otoritas dan kewibawaan yang melahirkan murid bermental penakut dan pengecut (hlm xi).
Guru tipe ketiga dan keempat adalah guru terpuji dan guru hebat. Guru terpuji mampu mengajarkan materi yang rumit dengan cara yang sederhana (to simplify complex things). Guru terpuji mampu melahirkan orang-orang pinter. Tipe terakhir adalah guru hebat. Guru hebat menginspirasi murid sehingga melahirkan manusia-manusia bermental driver dan winner.
Buku ini hadir untuk merubah para guru medioker dan guru superior menjadi guru terpuji dan guru hebat. Buku yang disusun berdasarkan pengalaman 20 tahun mengajar dan mendidik sang penulis menjadi inspirasi para guru untuk meninggalkan metode pembelajaran yang kaku dan monoton.
Sumardianta, dalam buku ini menjelaskan bahwa guru gokil adalah guru hebat (great teacher), sedangkan murid unyu adalah murid cerdas. Guru gokil adalah guru yang mampu menginspirasi muridnya menjadi unyu, menjadi generasi yang tidak hanya galau tetapi mampu mengatasi persoalan di tengah kepungan dunia digital seperti internet dan televisi.
Guru gokil bila ingin membuat muridnya unyu harus bisa mengidentifikasi gaya belajar setiap muridnya. Identifikasi berguna merancang pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan (fun learning). Guru gokil memfokuskan kegiatan belajar pada murid (participant centered learned) bukan pada guru karena sejatinya guru hanyalah fasilitator pembelajaran (hlm 60).
Buku ini mencontohkan beberapa strategi yang patut digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi. Salah satu tamsil dalam buku ini untuk menciptakan PCL (participant centered learning) adalah tutor sebaya. Intinya, murid yang mempunyai kelebihan dalam belajar menyampaikan materi kepada murid lain yang gaya belajarnya normal dan lambat.
Bagian akhir buku ini menjelaskan kisah seorang anak manusia (Alung) yang menemukan titik balik (breaktrhough) dalam mengubah kehidupannya. Alung adalah salah satu murid yang para gurunya gokil. Kebekuan hati Alung secara perlahan melebur setelah mendapat tugas magang kerja sosial di sebuah panti jompo dari para guru gokil.
Buku Guru Gokil Murid Unyu merupakan salah satu buku yang berusaha menggebrak metode pembelajaran para guru yang masih terperangkap dalam materialisme kurikulum. Sumardianta juga berusaha mengembalikan orientasi para guru dari “mendidik demi gaji dan karir” menjadi “mendidik demi mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Buku setebal 306 halaman ini sangat khas. Sumardianta menyajikan cerita-cerita yang penuh ilham untuk kemudian disarikan hikmahnya dalam kaitannya melahirkan guru-guru yang gokil (hebat). Diramu dengan bahasa yang ringan menjadikan buku ini mudah dipahami bagi siapa saja. Sangat penting untuk dibaca oleh para pegiat pendidikan, khususnya guru dan para calon guru untuk melahirkan generasi yang unyu (cerdas). Selamat membaca!
Judul Buku : Guru Gokil Murid Unyu
Penulis : J. Sumardianta
Penerbit : Bentang
Cetakan : Pertama, April 2013
Tebal : xiv + 306 halaman
ISBN : 978-602-7888-13-5
* Peresensi : Lu’ayyin, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang