-
Sebuah renungan bagi kita semua:
Kalau kita tinggal di negara empat musim, maka pada musim gugur akan terlihat rombongan angsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk huruf "V"
Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengapa rombongan angsa tersebut terbang dengan formasi "V".
3
-
Lesson 1
Fakta:
Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan "daya dukung” bagi burung yang terbang tepat di belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah untuk menembus dinding udara' di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau setiap burung terbang sendirian.
Pelajaran:
Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komunitas mereka, dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.
-
Lesson 2
Fakta:
Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya.
Pelajaran:
Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan mereka yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada melakukannya bersama-sama
-
Lesson 3
Fakta:
Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
Pelajaran:
Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta atau sumber daya lainnya.
-
Lesson 4
Fakta:
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Pelajaran:
Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati atau nilai-nilai utama dan saling menguatkan) adalah kualitas suara yang kita cari.
Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
-
Lesson 5
Fakta:
Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua angsa lain akan ikut keluar dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasilain untuk mengejar rombongan mereka.
Pelajaran:
Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik.
1. Mengapa PLUS di kali PLUS hasilnya PLUS?
2. Mengapa MINUS di kali PLUS atau sebaliknya
PLUS di kali MINUS hasilnya MINUS?
3. Mengapa MINUS di kali MINUS hasilnya PLUS?
Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH
1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
+ x + = +
2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya :
+ x - = -
- x + = -
3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
- x - = +
KESIMPULAN:
Pelajaran matematika ternyata sarat makna, yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup.
“Mana
yang duluan, ayam atau telur?” Sebuah pertanyaan klasik yang telah
hidup selama berabad-abad. Namun anehnya sampai hari ini, masih ada saja
orang yang belum bisa menjawabnya. Tanyakanlah pada teman Anda, maka ia
akan mendadak jadi filsuf kebingungan dan belum tentu bisa menjawabnya.
Ada pula orang-orang yang menganggap pertanyaan itu sebagai tipuan dan
tidak penting untuk dijawab, padahal dirinya memang tidak bisa menjawab.
Bagi saya, setiap pertanyaan pasti ada jawabannya, hanya saja kita
belum mengetahui jawabannya atau tidak tahu bagaimana cara menemukan
jawabanya. Berikut ini saya uraikan jawaban atas pertanyaan ‘filosofi
ayam dan telur’
Pertama, perlu dicatat bahwa kita jangan langsung terjebak pada
persoalan ontologis (apa jawabannya). Kita pergi dulu ke sisi
metodologis (bagaimana cara menemukan jawabannya). Terdapat dua metode
untuk menjawab pertanyaan ini: pertama, perumpamaan (metaphor), kedua,
permainan bahasa (language game). Jawaban pertanyaan tersebut bisa
berbeda tergantung metode yang digunakan.
“Mana yang duluan, ayam atau telur?” Dengan metode perumpamaan,
jawabannya adalah telur. Sedangkan dengan metode permainan bahasa,
jawabannya ayam. Bagaimana bisa? Berikut ini uraian detailnya:
Metode perumpamaan: umpamakan saja ayam dan telur itu satu hewan,
bukan dua hewan. Maka secara alamiah akan terjawab bahwa telur akan
mengelupas cangkangnya, keluarlah pitik yang tumbuh menjadi seekor ayam.
Tidak ada ayam yang mengecil tubuhnya lalu menyusut, melingkar masuk ke
cangkang jadi telur.
Metode permainan bahasa: kata ‘ayam’ di sebutkan terlebih dahulu
ketimbang ‘telur’. Sebaliknya, jika pertanyaannya “duluan mana, telur
atau ayam?” maka jawabannya adalah telur. Metode permainan bahasa
seringkali digunakan untuk menjawab pertanyaan rumit dengan candaan
logis (logical joke). Pertanyaan se-serius apapun bisa dicairkan dengan
menjawab melalui metode ini. Anda tinggal pilih, jika ingin terkesan
serius, gunakan metode yang pertama. Jika ingin mencairkan suasana,
gunakan yang kedua.
Uraian saya ini merupakan akumulasi kebingungan yang telah terpendam
selama bertahun-tahun. Untungnya, sosiologi mengenalkan istilah
‘perumpamaan’ dan ‘permainan bahasa’ melalui kuliah The Frankfurt School
dan Derrida. Dua istilah yang sebenarnya berasal dari filsafat itu
memantik saya untuk melakukan ‘otak-atik gathuk’. Akhirnya jika ditanya
saya sudah bisa menjawabnya. Selamat mengetes teman-teman Anda!
Subscribe to:
Posts (Atom)