Sahabat
Ummi, memiliki anak yang rajin mendirikan sholat tentu sangat
menyejukan mata dan hati kita. Ada harapan kelak dia akan terjaga dari
akhlak buruk karena sholat insya Allah mampu mencegahnya dari melakukan
perbuatan keji dan mungkar.
Kita sudah mengajarinya bacaan dan tata cara sholat, selalu
mengajaknya sholat berjamaah di masjid. Kita pun sudah memasukannya ke
sekolah yang membiasakan sholat dhuhur berjamaah di masjid sekolah.
Namun anak kita terlihat masih belum bersegera sholat ketika azan
atau iqomah terdengar, masih harus disuruh-suruh. Bahkan mereka seperti
sengaja menunda takbiratul ikhrom sampai sedetik sebelum ruku, masih
tengok kanan tengok kiri selama sholat, dan tak jarang sholat sambil
ngobrol atau sambil bercanda tertawa cekikikan dengan kawan sebelahnya.
Malah anak laki-laki tak sedikit yang sholat sambil main berantem-beranteman dengan kawannya.
Bagaimana ya cara memotivasi anak-anak itu agar tertib sholatnya?
Bagaimanalah bisa khusyu jika tertib saja belum. Berikut ini cara jitu
untuk memotivasi mereka, patut dicoba:
1.Ingatkan terus mengenai tujuan sholat
Ajak anak membuka
Al-Qur’an Surat Thaha (20) ayat 14 : "Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada
Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat, untuk
mengingat Aku.”
Setelah salam dan berdoa, cobalah tanyakan pada anak, apakah selama
sholat tadi dia ingat kepada Allah? Jika anak menjawab belum, maka
berbincanglah dari hati ke hati mengapa dia belum bisa mengingat Allah
selama sholat.
Bantu anak melakukan refleksi atas sholatnya, lalu lakukan evaluasi
dengan memancing ide anak kira-kira apa yang bisa ia lakukan agar sholat
berikutnya lebih bisa mengingat Allah. Tantang dia agar berkomitmen
melakukan idenya sendiri. Lakukan terus perbincangan ini dari hati ke
hati, minimal sekali dalam sehari. Jika belum juga terlihat hasilnya,
bersabarlah tanpa berhenti berusaha.
“Dan perintahkanlah keluargamu untuk shalat dan bersabarlah kamu dalam melakukannya.” (QS Thaha (20) : 132)
2.Kenalkan anak dengan karakter Al-Mushollin
Ajak anak membuka Al-Qur’an Surat Al-Ma’arij (70) mulai dari ayat 11
hingga 34. Berikan pengantar seperti bunyi ayat 11 hingga 21, bahwa pada
hari kiamat, ada orang yang sangat ingin menebus dirinya dari siksa api
neraka, dengan anaknya, atau dengan istrinya, atau dengan saudaranya,
atau dengan keluarganya, bahkan kalau perlu dengan semua manusia di
bumi. “Biarlah mereka masuk neraka semua, asalkan saya bisa selamat”,
begitu kira-kira.
Mereka masuk neraka karena selama hidup di dunia, selalu menyikapi
sesuatu tidak pada tempatnya. Jika mereka mendapat kesulitan, mereka
selalu berkeluh kesah, menggerutu, ngambek, marah atau memukul. Jika
mereka mendapat kebaikan atau kekayaan, mereka pelit bukan main,
sombong, atau boros. Apapun yang terjadi, sikap mereka selalu negatif.
Masuk dan beri penekanan pada ayat ke 22 : “Ilaal musholliin, Kecuali
orang-orang yang mendirikan sholat (secara berkesinambungan).” Hanya
orang-orang yang berkarakter Al-Mushollin yang bisa selamat dari api
neraka. Ini karena sholat membuat golongan Al-Mushollin mampu untuk
bersikap positif terhadap apapun yang terjadi padanya.
Bantu anak melakukan refleksi, apakah sholatnya selama ini sudah bisa
masuk kategori Al-Mushollin atau belum, misalnya : Menurutmu kalau
sholatnya sambil bercanda, masuk golongan Al-Mushollin tidak?
Kalau sholat sengaja ditelat-telatin, masuk golongan Al-Mushollin
tidak? Buat daftar terperinci tentang sikap sholat anak selama ini, dan
tanyakan satu per satu padanya mana yang menurutnya sudah masuk kategori
Al-Mushollin dan mana yang belum. Beri tantangan apakah ia ingin masuk
golongan Al-Mushollin atau tidak. Jika ingin, bantu ia melakukan
evaluasi apa saja yang harus ia perbaiki dari sholatnya.
Selain sholat secara berkesinambungan, ada ciri-ciri lain golongan
Al-Mushollin yang disebutkan di ayat 24 hingga 33. Jika saat ini kita
baru ingin menekankan sholat, maka ciri lain tersebut bisa kita kenalkan
di lain waktu saat kondisinya lebih sesuai. Kita bisa langsung loncat
ke ayat 34 : "Dan orang-orang yang memelihara shalatnya."
Karakter Al-Mushollin yang dikenalkan Allah di surat ini, dibuka
dengan sholat (ayat 22) dan ditutup dengan sholat (ayat 34). Beri
penekanan pada anak, bahwa ini menunjukan betapa pentingnya kedudukan
sholat dalam agama Islam. Tantang dia untuk mulai sholat dengan tertib,
tertib tata caranya dan tertib bacaannya.
3. Minta anak selalu sholat di sebelah kita, orang tuanya.
Anak perlu
role-model, bahkan dalam urusan sholat. Sangat
jarang ada anak yang bisa langsung tertib sholatnya. Semua perlu waktu
dan usaha. Rasulullah menyuruh kita mulai mengajarkan dan membiasakan
anak sholat di umur 7 tahun, bahkan boleh memukulnya jika sampai usia 10
tahun belum bisa sholat dengan tertib.
Ada rentang waktu 3 tahun di sana, kurang lebih 5475 kali sholat
fardhu. Alangkah baiknya jika 5475 kali sholat itu, anak melakukannya
dalam pengawasan kita atau orang yang kita percaya. Anak bisa langsung
melihat cara kita sholat, untuk kemudian menirunya. Jika ada yang salah
dengan sholatnya pun, kita bisa langsung menegurnya seusai sholat.
4. Ajarkan anak doa agar istiqomah dalam sholat
Bersamaan dengan usaha kita memotivasi anak, jangan lupa mengajarinya doa Nabi Ibrahim a.s yang sudah terkenal mustajab.
“
Rabbiij'alnii muqiimash-shalaati wamin dzurrii-yatii, rabbanaa wataqabbal du'aa,
Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang selalu mendirikan shalat,
demikian juga anak keturunanku. Ya Tuhanku, perkenankan do'aku." – (QS.
Ibrahim (14) : 40)
Mintalah anak untuk membaca doa ini setiap selesai sholat. Tentu kita sendiri pun harus juga sering-sering membacanya.
Wamin dzurrii-yatii, dan demikian pula anak keturunanku
.
Mudah-mudahan Allah menumbuhkan dalam jiwa anak kita keinginan untuk
sholat dengan tertib secara berkesinambungan, hingga suatu saat bisa
mencapai derajat sholat khusyu. Amiin.
Profil Penulis:
Pida Siswanti, ibu dua anak tinggal di Depok. Selain bergiat di
Komunitas Ummi Menulis, sehari-harinya juga bergiat mendesain pengalaman
yang ingin dipaparkan pada anak-anaknya agar mereka mengenal Tuhannya
dengan lebih baik.