twitter
rss

Sindrom Kepemimpinan: Hotepapopu

“Life is a long lesson in humility. – Kehidupan adalah sebuah pembelajaran yang panjang akan sikap rendah hati.”
James M. Barrie

Kepemimpinan senantiasa berkaitan dengan komitmen, hubungan antar manusia, pengaruh dan kekuasaan. Pemimpin seringkali dijadikan figur idola oleh banyak orang. Mereka juga menjadi sorotan publik, dan meninggalkan dampak pada masyarakat atas kebijakan maupun tingkah lakunya.

Tetapi banyak pemimpin yang terserang Sindrom Hotepapopu. Hotepapopu adalah kependekan dari kata gila hormat, tepukan, panggung, popularitas dan power, dan pujian. Sindrom tersebut hanyalah istilah yang saya ciptakan sendiri, mengenai gejala penyakit mental yang menyerang pemimpin dan sudah saya teliti selama kurang lebih 20 tahun terhadap para pemimpin di industri direct selling (penjualan langsung), MLM, dan asuransi.

Sindrom tersebut dapat menyerang pemimpin di industri direct selling (penjualan langsung), MLM, dan asuransi. Mereka yang terserang sindrom hotepapopu umumnya adalah para pemimpin yang baru memasuki jajaran bergengsi pada sebuah perusahaan, misalnya posisi Crown Ambassador atau Agency Manager, atau bermacam istilah lainnya. Mereka juga telah menikmati bonus yang cukup besar.

Sistim penghargaan yang luar biasa di atas panggung maupun sistim edifikasi pada industri MLM dan asuransi rupanya membawa efek yang menyebabkan para pemimpin lupa jati diri. Bonus dan penghargaan yang luar biasa mereka persepsikan penghargaan yang seharusnya mereka terima, karena telah sangat berjasa dan hebat. Mereka juga mempersepsikan diri terlalu tinggi dengan menganggap dirinya sebagai pahlawan paling berjasa, berpengaruh dan kuat karena telah menghasilkan banyak pemimpin baru, jaringan yang luas dan menciptakan omset besar.

Pemimpin yang terserang sindrom hotepapopu itu umumnya gagal melakukan sistim duplikasi kepemimpinan, karena mereka cenderung ingin mendominasi dalam situasi apapun terutama di atas panggung. Setelah menerima penghargaan dalam acara-acara perusahaan seperti BOP (Business Opportunity Preview), NDO (New Distributor Orientation), Recognition Rally, Yearly Anniversary Convention, dan lain sebagainya, mereka akan mencari tempat lain untuk berkumpul dengan kelompoknya agar kembali mendapatkan tepukan tangan. Bahkan ada pemimpin yang sengaja menguasai panggung sehingga pemimpin lain kehilangan kesempatan untuk berbicara.

Sekali lagi, sikap mereka itu karena teracuni persepsi atau penilaian yang terlalu tinggi terhadap diri mereka sendiri. Mereka tidak hanya bersikap angkuh dan gila hormat di lingkungan perusahaan tempat mereka bernaung, tetapi juga di luar lingkungan perusahaan. Misalnya mereka meminta fasilitas parkir khusus, jalur khusus (tanpa perlu antri), ruangan VVIP di kantor maupun acara-acara perusahaan, dibukakan pintu mobil dan dibawakan tas kerjanya oleh para mitra kerja, dan meminta segudang pelayanan paling istimewa lainnya. Jika berbicara di telepon selular pun mereka bersuara sangat keras, tidak akan segan-segan berkata kasar dan keras jika keinginan mereka tidak dapat dipenuhi, dan berperilaku tinggi hati lainnya.

Sistim penghargaan dalam bisnis MLM, direct selling atau asuransi yang menganggap pemimpin sebagai partner kerja juga mereka artikan keliru. Pikiran bawah sadar mereka tertanam pemahaman bahwa omset perusahaan adalah hasil kerja mereka, sehingga karyawan perusahan adalah karyawan mereka juga. Sehingga merekapun berlagak seperti bos perusahaan, dan karyawan selalu berada pada posisi salah ketika terjadi konflik dengan pemimpin tersebut.

Parahnya lagi, pemimpin yang terserang sindrom itu juga tak akan segan ‘menguasai’ top manajemen perusahaan yang lemah. Sebab mereka akan segera mengajukan keberatan jika kebijakan perusahaan tidak memihak kepada mereka. Sebaliknya, mereka akan berjuang keras agar ide mereka diterima perusahaan, dan segera membanggakannya kepada seluruh mitra kerja bahwa kebijakan perusahaan yang diterapkan itu adalah idenya.

Sindrom hotepapopu ini sangat berbahaya dan dapat menghancurkan hidup siapapun. Steven Berglas, seorang psikolog Harvard Medical School dan penulis buku The Success Syndrom mengatakan bahwa orang yang sangat sukses tetapi karakternya lemah cenderung mengalami stres yang dapat menghancurkan hidup mereka sendiri. Berglas menyebutkan mereka akan mengidap 4 penyakit mental (4A) yang mengerikan, yaitu Arrogance (kesombongan), Alones (kesepian), Adventure seeking (senang berpetualang dengan hal-hal yang negatif), dan Adultery (perzinahan).

Sindrom ini tak akan hilang begitu saja seiring waktu berjalan. Akan lebih baik jika kita segera introspeksi dan memperbaiki diri, sebelum sindrom hotepapopu menghancurkan hidup tanpa kita sadari sejak dini. Inilah beberapa hal yang perlu diupayakan agar kita tidak terjerembab ke dalam kubang kehancuran sindrom tersebut:

Pertama adalah menyadari sepenuhnya bahwa hubungan antara seorang pemimpin dan perusahaan adalah partner atau rekanan. Meskipun posisi sebagai rekanan dalam upaya merealisasikan visi dan misi perusahaan, tetapi tanggung jawab pemimpin dan perusahaan berbeda satu sama lain. Kedua belah pihak sama-sama memiliki peranan penting untuk mencapai kesuksesan, sehingga keduanya juga harus selalu dapat bekerjasama atau saling mendukung.

Kedua adalah seorang pemimpin haruslah berjiwa rendah hati, yang selalu siap memberikan pelayanan terbaik kepada para mitra kerja, mendukung dan memotivasi mereka agar bisnis mereka terus berkembang. “True leadership must be for the benefit of the followers, not the enrichment of the leaders. – Kepemimpinan yang sesungguhnya harus selalu memberi keuntungan kepada para anggotanya, bukan memperkaya pemimpinnya saja,” ujar Robert Townsend, mantan CEO Avis Rent A Car. Jadi tanpa perlu diminta, pemimpin harus memiliki kesadaran yang tinggi untuk membantu para mitra kerja hingga mereka sukses. Terlebih lagi (yang harus dipahami bahwa) kesuksesan mereka berasal dari usaha para mitra kerja di bawahnya.

Pemimpin merasa senang dan membantu mempersiapkan panggung yang besar sebagai tempat bagi para mitra kerjanya dihargai, diberi tepukan tangan dan dipuji adalah poin ketiga yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Dengan senang hati ia akan memberi kesempatan kepada para mitra kerja untuk mendapatkan penghargaan, dan mengerti kapan harus mundur dan memberi kesempatan kepada para mitra kerja di atas panggung.

Agar tidak terserang sindrom hotepapopu, ada baiknya untuk terus memupuk kepribadian menjadi lebih rendah hati. Ketika seseorang sudah mampu bersikap rendah hati, maka ia akan lebih siap melakukan perubahan besar dalam hidupnya. “Humility is the only true wisdom by which we prepare our minds for all the possible changes of life. – Kerendahan hati merupakan satu-satunya kebijaksanaan untuk mempersiapkan pikiran guna menciptakan kemungkinan-kemungkinan perubahan dalam hidup,” kata George Arliss.

Menjadi pemimpin yang rendah hati memberi lebih banyak manfaat, diantaranya terbebas dari sikap berpura-pura, mendorong keterbukaan, dan meningkatkan rasa percaya diri sendiri dan orang-orang di sekelilingnya. Pemimpin yang rendah hati juga lebih mudah beradaptasi, menciptakan jaringan yang besar dan kokoh untuk jangka panjang, dan berhasil mencapai tujuan atau target yang lebih besar pula.

Pemimpin yang rendah hati itulah yang akan selalu menjadi idola dimanapun dan kapanpun. “We come nearest to the great when we are great in humility. – Kita akan menjadi orang hebat ketika kita mampu bersikap rendah hati,” Rabindranath Tagore. Jika Anda ingin lebih sukses, hindari sindrom hotepapopu dan jadilah pemimpin yang rendah hati.